"Mentah" solo exhibition by Raul Renanda (Foto: Istimewa)

Profesi Raul Renanda sebagai desainer arsitektural dan interior ternyata belum membuatnya menemukan renjana (passion) yang benar-benar mewakili dirinya secara utuh. Dia memiliki renjana yang lain, berkarya seni rupa. Sebagai pengantar Mentah: Pameran Tunggal Raul Renanda di D Gallerie, tulisan ini ingin menelaah proses penciptaan karya seninya yang amat intuitif dan cair.

Pekerjaan seorang arsitek dan desainer paling kentara terletak pada proses perancangan. Perancangan biasanya digunakan dalam rangka menemukan solusi atas kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh klien. Proses perancangan melibatkan kecakapan desainer untuk menemukan karya dalam bentuk, sistem, metode atau pendekatan demi mencapai solusi yang dapat memuaskan klien ataupun pengguna.

Proses perancangan penuh dengan aspek pemikiran dan biasanya lepas dari hal-hal yang sifatnya intuitif, meskipun dalam beberapa hal sisi-sisi intuitif juga mampu memberikan peluang desainer untuk menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah secara baru. Proses perancangan memperlihatkan bahwa hasil jadi sudah harus diproyeksikan sejak awal.

Baca juga Sementara Kita Sibuk dengan Rencana-rencana

Sementara itu proses penciptaan karya seni biasanya dipahami berkebalikan dengan proses desain demi mewadahi gejolak pembebasan yang dibutuhkan oleh sang seniman. Karya seni tidak diciptakan untuk memenuhi kebutuhan klien, melainkan kebutuhan sang seniman sendiri dalam berekspresi. Meskipun kita juga mengetahui bahwa penciptaaan karya seni dahulu juga bergantung pada patron. Secara mudah kita dapat mengetahui bahwa proses penciptaan karya seni hadir secara intuitif terutama saat seorang seniman menciptakan karya seni yang bersifat ekspresif dan dalam beberapa hal mendekati kualitas abstrak.*)

Lukisan-lukisan abstrak ekspresionisme memperlihatkan secara penuh kecenderungan itu. Pelukis ekspresionisme abstrak menghadapi kanvas nyaris dengan kepala kosong dan tak memperhitungkan sama sekali hasil jadi.

Namun dengan makin berkembangnya medium seni rupa saat ini, penciptaan karya seni sebenarnya tidak hanya berdasarkan pada gejolak intuitif saja melainkan dapat banyak mengadopsi banyak metode, termasuk desain. Hasil akhir sebuah karya jika hendak disebut karya seni sebenarnya lebih bergantung pada konteks kelembagaannya. Benda-benda apapun dapat menjadi seni jika diniatkan oleh seorang seniman dan dihadirkan dalam sebuah pameran seni.

Baca juga Street Stage 2017, Dialog Seni yang Lebih Membumi

Raul menyatakan bahwa kerja desain adalah kerja-kerja terukur dalam mencari solusi atas apa yang diinginkan oleh klien. Baginya praktik melukis ini adalah sebuah pembebasan di tengah rutinitas sehari-harinya sebagai desainer arsitektur dan interior. Meskipun sudah sejak kecil akrab dengan karya seni, Raul baru menikmati proses penciptaan karya seni belum terlalu lama, yaitu 2011.

Kerja seni adalah kerja-kerja yang tidak terukur dan bukan dalam rangka melayani siapapun, meskipun kemudian seorang seniman harus bernegosiasi dengan beberapa pihak untuk memamerkan karya-karya seninya. Maka kita bisa memahami bahwa pendekatan Raul dalam berkarya seni adalah melukis dengan langgam abstrak ekspresionisme. Kita bisa melihat greget, rekaman /jejak emosi dalam lukisannya. Raul dapat menyelesaikan karyanya dalam waktu yang relatif cepat. Ia sebisa mungkin menghindari kerja perancangan dalam karya dan sebisa mungkin menghindari proses berpikir.

Yang patut dicermati di sini adalah keinginan Raul untuk menekuni pendekatan melukis ekspresionisme abstrak. Ekspresionisme abstrak menjadi langgam atau gerakan seni seni rupa yang amat menarik perhatian skena seni rupa dunia beberapa tahun setelah Perang Dunia II. Seniman-seniman pelaku seni ini antara lain Jackson Pollock, Mark Rothko, Willem de Kooning, Franz Kline dan lain-lain. Langgam ini secara khas menghadirkan lukisan yang cenderung “berantakan” dan penerapan cat yang sangat energik dan ekspresif.

Baca juga Performativitas Pengetahuan tentang Kota

Ekspresionisme abstrak juga mengacu kepada abstraksi gestural, karena sapuan kuas, goresan dan tetesan cat merekam jejak-jejak proses penciptaan. Proses ini menjadi pokok soal tersendiri dari karya seni ini, sebagaimana pernyataan kritikus seni rupa Harold Rosenberg, “Proses penciptaan karya seni menjadi peristiwa.” Untuk alasan tersebut dia merujuk sejumlah aksi-aksi atau gestur-gestur penciptaan dalam melukis ekspresionisme abstrak disebut sebagai action painting.

Ekspresionisme abstrak memperlihatkan tegangan antara kendali dengan kans. Sejarawan juga berpendapat bahwa langgam ini dipengaruhi oleh abstraksi seniman Wassily Kandinsky, kecenderungan khas gerakan seni Dada yang mendayagunakan kans atau kebetulan serta Surealisme Freudian yang merefleksikan relevansi mimpi dengan kenyataan, libido dan otentisitas kedirian yang diekspresikan melalui aksi melukis.**)

Pada penciptaan karya ekspresionisme abstrak, seniman mendayagunakan interaksi atau saling pengaruh antara kecakapan melukis dengan kejadian-kejadian yang tidak direncanakan (kans) yang menentukan hasil akhir lukisan.

“Mentah” solo exhibition by Raul Renanda (Foto: Istimewa)

Sekarang kita bisa mencermati kekaryaan Raul. Dalam mengerjakan sebuah lukisan Raul biasanya menggunakan sebuah spatula. Raul secara ekspresif dapat mengatur komposisi dengan menarik atau menggesut cat di atas kanvas menggunakan spatula sedemikan rupa.  Praktik Raul dapat dianologikan saat kita menggoreng telur dadar.

Baca juga Mempertanyakan Ingatan Lewat “Iconic” Yuswantoro Adi

Setelah kita menuangkan telur ke atas wajan, kita tidak pernah dapat membayangkan seperti apa bentuk bulat dan kualitas permukaan telur di atas wajan saat matang, meskipun kita mengelola sebaik mungkin lelehan telur di atas wajan dengan spatula. Segala kemungkinan dan kebetulan terjadi sebelum telur menjadi kecokelatan dan matang. Jika hasil jadi telur dadar dipengaruhi oleh intensitas kita membolak-balik telur dan nyala api kompor, hasil jadi lukisan Raul dipengaruhi oleh tautan antara kendali dengan kans selama Raul menggesut cat dengan spatula, lama keringnya cat, dan gravitasi.

Lukisan Raul dalam beberapa hal memperlihatkan sebuah goresan yang efisien dan sekaligus dinamis. Dari sisi goresan kita dapat melihat bahwa goresan-goresan diciptakan dalam sekali kesempatan. Jika terdapat dua warna kita dapat menengarai bahwa lukisan tersebut diciptakan dalam dua kali kesempatan.

Raul tidak pernah berupaya mengoreksi lukisannya. Lukisannya selalu mengalami proses yang sekali jadi. Tidak seperti desain yang selalu membutuhkan koreksi atau penyempurnaan pada setiap tahap rancangan. Dalam penciptaan lukisan Raul selalu menolerir setiap kesalahan. Dalam kalimat lain, tidak ada yang namanya kesalahan dalam proses penciptaan lukisan Raul. Semua proses yang ia lalui dirangkul tanpa terlalu mempedulilkan hasil akhir.

Selain itu dalam lukisan-lukisannya Raul banyak mendayagunakan ruang-ruang kosong. Raul nampak fasih dalam mendayagunakannya sehingga komposisi keseluruhan lukisan Raul hadir secara liris dan harmonis dengan warna-warna yang amat terseleksi: hitam, putih, dan merah.

Baca juga Irisan Kekuatan Seni Rupa Indonesia

Proses berkarya Raul dalam arsitektur ternyata mempengaruhi penciptaan melukis Raul. Pertimbangan komposisi dan warna adalah konsekuensi dari kecakapan/memori artistik Raul setelah bertahun-tahun berpraktik sebagai desainer arsitektur dan interior. Sebaliknya penciptaan karya seni Raul memperkaya praktik Raul sebagai desainer. Proses kreatif yang intuitif dalam beberapa hal mampu memberikan solusi ataas permasalahan desain.

Merujuk judul Mentah, kata ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai “raw.” Dalam khasanah fotografi digital berkas gambar RAW dikatakan sebagai negatif digital. Meskipun tidak hadir sebagai bentuk negatif dalam fotografi analog/film, berkas gambar RAW memiliki peran yang sama dengan negatif dalam fotografi analog: gambar RAW tidak dapat digunakan secara langsung sebagai gambar untuk dicetak ataupun digunakan untuk kebutuhan pasar atau publik.

Namun berkas gambar RAW memiliki seluruh informasi yang dibutuhkan untuk membuat gambar. Dengan kata lain gambar RAW merupakan gambar “asli” hasil bidikan fotografer dengan ukuran data yang besar dan belum mengalami proses penyuntingan. Penyuntingan berkas gambar RAW dan pengkonversiannya ke berkas lain seperti JPEG, TIFF ataupun PNG dapat mengurangi informasi gambar sehingga membuat berkas-berkas itu tidak bisa dikembalikan lagi dalam berkas RAW.

Baca juga Tentang Mega-Event Seni yang Kurang Dikenal

Dalam pameran ini tajuk Mentah relevan dengan konteks RAW dalam fotografi. Raul hendak menampilkan “gambar-gambar mentah” tanpa melalui proses penyuntingan yang dapat dimaknai apapun dan dengan cara apapun.

Selain itu, jika lukisan-lukisan ekspresionisme abstrak lekat dengan otentisitas kedirian, kita juga mendapati lukisan-lukisan Raul merefleksikan otentisitas dirinya tanpa proses penyuntingan (baca: penyesuaian) berdasarkan peran-peran atau fungsi-fungsi sosial dirinya dalam keseharian.penutup_small

 

Chabib Duta Hapsoro –kurator “Mentah”, pameran karya Raul Renanda di D Gallerie, 15 November – 10 Desember 2017.

Catatan:
*) Kekaryaan pelukis senior A.D. Pirous dapat menjadi pengecualian. Untuk menciptakan lukisan-lukisannya ia menerapkan praktik perancangan. Untuk mendapatkan kualitas tekstur yang mendekati kualitas abstrak ia merujuk kepada kolase-kolase foto segala jenis permukaan, misalnya tembok berlumut, tembok dengan retakan, dan lain-lain.
**) Beth Gersh-Nesic, Abstract Expressionism – Art History 101 Basics, https://www.thoughtco.com/abstract-expressionism-art-history-183313 (diakses Selasa, 7 November 2017 pukul 17.00)