BUKU_ART_BASEL_YEAR_44_4

Pasar seni visual modern dan kontemporer memang kian menjanjikan. Itu sebabnya sejak tahun lalu MCH Group menggelar Art Basel in Hong Kong. Acara ini adalah wajah anyar ART HK – Hong Kong International Art Fair, yang pertama kali digelar pada 2008.

Untuk bisa ikut Art Basel, sebuah galeri harus mengajukan proposal. Tahun ini, dari 500 aplikasi galeri yang masuk, sebanyak 245 galeri lolos seleksi, termasuk lima galeri dari Indonesia: Nadi Gallery, Semarang Contemporary Art Gallery, Edwin’s Gallery, Galeri Canna, dan ROH Projects. Menurut Magnus Renfrew, Direktur Asia Art Basel In Hong Kong yang juga menjadi Direktur ART HK sejak 2012, 60 persen galeri yang berpartisipasi tahun ini berasal dari kawasan Asia Pasifik. “Itulah bedanya Art Basel in Hong Kong dari ajang di Basel dan di Miami,” kata Magnus.

Tidak ada syarat spesifik berapa seniman atau karya yang akan dibawa, semuanya dikonsepkan dari awal oleh galeri masing-masing. Galeri-galeri Indonesia membawa nama-nama seniman yang sudah dikenal publik. Misalnya, Semarang Gallery dengan karya-karya Rudi Mantofani dan Nadi Gallery dengan karya-karya Agus Suwage.

Sementara, ROH Projects membawa karya seniman baru asal Bandung, Syaiful Aulia Garibaldi. Menurut Laksamana Tirtadji, direktur sekaligus pemilik ROH Projects, ia tertarik kepada karya Syaiful setelah melihat pameran sang seniman, Regnum Fungi di Galeri Padi, Bandung, pada 2012. Saat itu Jun, panggilan Laksamana, kepincut konsep karya seni dengan medium bakteri yang diusung Syaiful. ROH Projects langsung menjadi perwakilan Syaiful, termasuk saat seniman ini berpameran tunggal di Pearl Lam Galleries Singapore, yang berlangsung sampai 31 Mei 2014.

Interstitial Organisms _1
Interstitial Organisms # 1 karya Syaiful Aulia Garibaldi (Silicon Sealant on Plywood, 200 x 200 cm, 2014)

Jun bisa disebut agak nekad membawa seniman yang baru melakukan dua kali pameran tunggal. Tapi, kiatnya jitu karena konsep karya-karya Syaiful dinilai pantas masuk sebagai solo project khusus untuk Art Basel in Hong Kong 2014. Syaiful akan menampilkan karya-karya dengan tema Interstitial Exploration. Seniman yang tengah menyelesaikan residensi untuk Galeri L’espace Contemporain di La Rochelle, Paris, ini akan menghadirkan “ribuan makhluk-makhluk Terhah yang didapat dari eksplorasi pengamatan dunia mikro.” Terhah merupakan bahasa konstruksi yang diciptakan Syaiful sebagai bentuk komunikasi makhluk-makhluk dalam dunia mikrobiologi yang ditemukannya melalui mikroskop. Rangkaian karyanya berupa lukisan akrilik, visual 3D dari silikon, serta instalasi makhluk-makhluk Terhah yang dipresentasikan dalam mikroskop, cawan petri, dan layar proyektor.

Art Basel in Hong Kong 2014 terbagi dalam enam sektor: Galleries, Insights, Discoveries, Encounters, Film, dan Magazine. Sektor-sektor ini dibuat untuk memudahkan pengunjung mengeksplorasi berbagai dimensi seni modern dan kontemporer, dari lukisan sampai instalasi berukuran raksasa. Galeri-galeri Indonesia pun terbagi dalam dua sektor. Nadi Gallery dan Semarang Contemporary Art Gallery berada dalam sektor Galleries, yang menampilkan galeri-galeri berusia lebih dari tiga tahun, sementara Galeri Canna, Edwin’s Gallery, dan ROH Projects berada dalam sektor Insights. Sektor ini menampilkan galeri yang membawa satu seniman dengan berbagai karyanya yang layak ditampilkan.

Lolosnya lima galeri Indonesia ini dinilai positif oleh Chris Darmawan, pemilik Semarang Contemporary Art Gallery. “Jika ada seniman Indonesia tampil di Hong Kong, seni rupa Indonesia masih terwakili,” ujar Chris. Walaupun jumlahnya sedikit dan tidak bisa dibilang mencerminkan Indonesia pada umumnya.

Lalu, bagaimana jika Indonesia yang mengadakan pasar seni semacam Art Basel in Hong Kong? Biantoro Santoso, pemilik Nadi Gallery, menyangsikan ajang semacam itu bisa dilaksanakan di Indonesia. Menurutnya, kebijakan negara yang tidak jelas membuat galeri-galeri dari luar negeri akan mengurungkan niatnya mendatangkan karya. Hong Kong memiliki kebijakan yang membuat masuk-keluar barang mudah.

Namun, Chris berpendapat lain. Dia menyebutkan acara seni Art Bazaar Jakarta yang sudah masuk tahun keenam penyelenggaraan. Acara ini juga mendatangkan galeri seni dari luar negeri seperti Singapura, Hong Kong, Filipina, dan Jepang. Jika diseriusi, Art Bazaar Jakarta ini berpotensi menjadi seperti Art Basel in Hong Kong.