Dangerous Joy, oil on canvas, 2015. (Foto: Silvia Galikano)

Pameran tunggal lukisan bertajuk “Parrhesia” karya seniman asal Bandung Tjutju Widjaja digelar di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta. Ada 14 lukisan bergaya pop art buatan 2010 hingga 2017 yang dapat dinikmati pengunjung sepanjang 19 – 31 Mei 2017.

Secara etimologis, parrhesia berasal dari kata parrhesiazesthai yang berarti “mengatakan semuanya”. Sedangkan parrhesiastes adalah seseorang yang mengatakan semua yang ada dalam pikirannya. Dia tidak menyembunyikan apapun, dia membuka hati dan pikirannya kepada orang lain melalui wacananya.

Baca juga Makna Kelahiran dalam Karya Spiritual Trujillo

Tjutju Widjaja di depan karyanya, Swinging into The Future. (Foto: Silvia Galikano)
Tjutju Widjaja di depan karyanya, Swinging into The Future. (Foto: Silvia Galikano)

“Kami menganggap Tjutju Widjaja seorang parrhesiastes yang mengekspresikan semua yang dia rasakan, terutama kekhawatiran akan masa depan anak-anak, melalui lukisan,” ujar Marketing Communication Manager Pullman Jakarta Central Park Valencia Maximillian saat pembukaan pameran, Kamis, 18 Mei 2017.

Pameran yang dikurasi Yogie A. Ginanjar ini mengambil benang merah kekhawatiran akan masa depan anak-anak. Mulai dari orangtua yang menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya kepada babysitter hingga gadget sudah mendominasi sejak mereka masih balita.

Baca juga Menggores Ekspresi dengan Teknik Gutha Tamarin

Itu pula sebabnya Tjutju, melalui lukisannya, The Battle #2 (oil on canvas, 2016) mempromosikan permainan catur Cina klasik bernama xiang qi yang terbukti melatih otak anak untuk fokus dan berkonsentrasi.

Seorang pengunjung di depan lukisan Menyongsong Harapan karya Tjutju Widjaja. (Foto: Silvia Galikano)
Seorang pengunjung di depan lukisan Menyongsong Harapan karya Tjutju Widjaja. (Foto: Silvia Galikano)

Seperti diungkapkan Tjutju, “Kita menganggap anak-anak cuma identik dengan gembira, lucu, menangis, padahal mereka juga bisa khawatir, kalau melihat ayah-ibunya bertengkar mereka juga berdoa agar orangtuanya rukun kembali. Saya juga mengharapkan anak-anak Indonesia dapat hidup bahagia dan bisa bersaing dengan anak-anak internasional.”

Baca juga Beijing International Art Biennale Hadirkan Seniman Indonesia

Di hampir seluruh lukisan yang dipamerkan, Tjutju menggunakan teknik pemisahan warna, hal yang menandai sejarah pop art di Inggris dan Amerika Serikat pada 1950-an seperti tampak di Beautiful Mind (oil on canvas, 2016), Strong and Courageous (oil on canvas, 2016), dan Dangerous Joy (oil on canvas, 2015).

“Parrhesia” adalah pameran tunggal ke-2 bagi Tjutju dan pameran seni ke-5 yang diadakan Pullman Jakarta Central Park.