Pameran tunggal seniman Tjahjadi Hartono berjudul Imajinasi Diri, di Bentara Budaya Bali. (Foto: Istimewa)

Hartono sebelumnya adalah wiraswastawan di bidang periklanan dan sudah menelan asam garam di bidang fotografi. Melukis adalah terapinya untuk mengalihkan diri dari penyakit.

Tubuh yang dihuni berbagai penyakit bukanlah halangan bagi Tjahjadi Hartono untuk mengaktualisasikan diri di ranah seni. Malah, keinginannya untuk hidup sehat dan berkarya menjadi semakin besar manakala bertolak dari Jakarta menuju Ubud, Bali, untuk meniti proses kekaryaan yang lebih dalam. Setelah menghelat pameran tunggal perdana pada tahun 2015, kini Hartono kembali menyapa pencinta seni dengan menggelar “Imajinasi Diri” di Bentara Budaya Bali, 7-17 Oktober 2016.

“’Imajinasi Diri’ ini ya khayalan saya. Saya berkhayal dari lukisan maupun fotografi. Ketika saya melihat suatu tempat atau objek, saya membayangkan ini bisa jadi apa, dikomposisi jadi apa. Mengomposisikannya dari mata ke hati kita,” ujar perupa kelahiran Jakarta, 23 Januari 1952 ini.

Malam itu, pelataran Bentara Budaya Bali sudah dipenuhi kursi bagi pengunjung yang hadir di malam pembukaan. Pertunjukan dari I Wayan Purwanto beserta Sekaa Tindak Alit menjadi sesuatu yang ditunggu, guna mengantarkan pengunjung pada pokok acara.

Tjahjadi Hartono,
Tjahjadi Hartono, “Mata Hati”, 130×110 cm, cat minyak diatas kanvas, 2016. (Foto: Istimewa)

Masuk ke dalam ruang pamer Bentara Budaya Bali yang luas, tidak tampak wilayah yang kosong dengan karya. Sejumlah 41 karya menghiasi seisi ruang pamer, baik dalam bentuk lukisan, fotografi, instalasi, maupun video. Pemandangan yang cukup mengundang decak kagum karena semua karya dihasilkan oleh seorang seniman yang tidak lagi muda dan tidak dalam kondisi yang prima.

Ketika masuk, pengunjung terlebih dulu diajak larut dalam 20 karya imajinasi Hartono yang diperoleh dari bidikan kamera. Sesuai dengan tema utama pameran, imajinasi seniman yang belajar fotografi di bawah asuhan Kumara Prasetya di Canon School of Photography ini sangat kuat terasa. Objek yang ditampilkan foto bukanlah sebuah objek utuh, melainkan secuil potret dari sebuah objek yang tidak kita ketahui asal usulnya dan kemudian dibentuk menjadi sesuatu yang imajiner. Pemilihan judul karya misalnya, memegang peran penting guna mengajak pengunjung untuk ikut membayangkan apa yang ada di benak Hartono.

Ulasan lengkap Mengimajinasikan Semangat Hidup Tjahjadi Hartono dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi November 2016.