Korwar, tengkorak leluhur yang ditemukan di Teluk Cendrawasih, Papua, berasal dari sebelum 1914. (Foto: Silvia Galikano)

Pustaha Laklak “Pangarambui”, kitab kulit kayu berasal dari Batak Toba sebelum 1940 yang berisi ilmu obat-obatan, horoskop, dan supranatural akan dipamerkan dalam Europalia 2017 di Belgia, 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018.

Pustaha Laklak akan berada dalam pameran Ancestor yang menampilkan aneka cara orang Indonesia menghargai leluhur, mulai dari kirab hingga mudik, yang masih mewarnai kehidupan masa kini.

Bersama Pustaha Laklak ada pula Guri-guri, tempat jamu Batak Toba 1936 yang dahulu digunakan dukun (datu) untuk mengobati pasien; dan Korwar, tengkorak leluhur yang ditemukan di Teluk Cendrawasih, Papua, berasal dari sebelum 1914. Korwar, yang dipercaya sebagai penuntun dan pelindung keluarga, dahulunya adalah pemimpin yang sangat berpengaruh, umumnya pria, terkadang perempuan.

Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ikut serta sebagai “Negara Tamu” atau negara tema di festival seni budaya bergengsi di Eropa, Europalia 2017. Acara yang direncanakan dihadiri Presiden RI Joko Widodo dan Raja Philippe dari Belgia ini akan menampilkan seni budaya tradisional dan kontemporer Indonesia dengan tagline “Rampai Indonesia”. Keikutsertaan Indonesia bertujuan menduniakan keragaman budaya Indonesia yang toleran, demokratis, dan modern sambil tetap menjunjung tinggi khasanah seni dan budaya.

Tak kurang 226 karya seni tari, pertunjukan, musik, instalasi, dan film dari 400 pekerja seni akan ditampilkan di berbagai kota di Belgia dan negara sekitarnya. Setiap karya yang terpilih saat ini tengah memasuki tahap akhir produksi.

Europalia adalah festival seni yang berfokus pada satu budaya dalam bentuk program komprehensif, yakni di bidang musik, seni murni, fotografi, film, teater, tari, sastra, arsitektur, desain, fesyen, dan gastronomi. Yang ditampilkan mesti bertumpu pada empat pilar, yakni leluhur (heritage), kekinian (contemporary), penciptaan (creations), dan pertukaran (exchange).

Festival yang diklaim sebagai kegiatan seni terbesar, termegah, dan bergengsi di Eropa ini dikelola Europalia, lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada 1969 dan langsung berada di bawah naungan Raja Belgia Phillipe I. Tahun ini yang merupakan gelaran ke-26. Walau berpusat di Brussels, secara keseluruhan, Europalia diadakan di 50 kota di beberapa negara di Eropa.

Pustaha Laklak “Pangarambui”, kitab kulit kayu berasal dari Batak Toba sebelum 1940. (Foto: Silvia Galikano)
Pustaha Laklak “Pangarambui”, kitab kulit kayu berasal dari Batak Toba sebelum 1940. (Foto: Silvia Galikano)

Dalam Media Briefing Pre-Festival Europalia 2017 di Museum Nasional, Jakarta, Selasa (11/7/2017) dipamerkan koleksi Museum Nasional yang akan diberangkatkan ke Europalia. Koleksi tersebut dibagi dalam dua kelompok, Ancestor dan Archipel.

Archipel memperlihatkan budaya maritim Indonesia, gugusan pulau-pulau khatulistiwa yang disatukan oleh laut. Hubungan antarpulau terwujud dalam berbagai teknologi perkapalan, pengetahuan navigasi, serta aneka ragam tradisi. Kemampuan mengarungi lautan ini sudah ada sejak lama, jauh lebih lama daripada kedatangan pelaut-pelaut dari Barat.

Tergolong dalam archipel di antaranya miniatur perahu lancang kuning Asahan berasal dari sebelum 1885; ketopong asal Kutai, yakni mahkota dari abad ke-19 yang berbahan emas dan permata; patung kayu Nogowarno dari Cirebon yang menggambarkan Ratu Kidul mengendarai buraq berkepala naga; serta Padrao, tugu perjanjian Portugis dan Sunda Pajajaran pada 1522.

Selain itu, arca Ganesha yang dianggap koleksi adikarya Museum Nasional dan selama ini jadi “penjaga” Museum Nasional, untuk pertama kali akan dibawa ke luar negeri, dipamerkan di Europalia 2017. Arca yang berasal dari Candi Banon, Magelang itu berasal dari abad ke-8.

Europalia-Indonesia juga akan menampilkan pameran seni rupa yang diberi judul Power and Other Things yang menampilkan berbagai zaman dalam perkembangan senirupa Indonesia. Fokusnya pada perkenalan, pertemuan, perpaduan, tegangan, dan konflik yang ikut membentuk gagasan dan praktik senirupa Indonesia modern dan kontemporer.

Karya perupa muda Faisal Habibi akan menghias fasad gedung Musee de la Dynastie di Brussels, Belgia. Faisal bermain dengan banyak segitiga satu ukuran berbahan baja dan plywood yang dia gabung dan tumpuk sedemikian rupa hingga membentuk satu instalasi.

“Segitiga bagi masyarakat Indonesia adalah bentuk pemujaan terhadap Yang Esa, yang diaplikasikan dalam bentuk candi, gunungan wayang, juga sikap sembah umat Hindu-Bali,” ujar Faisal saat Media Briefing usai mempresentasikan karyanya.

Selain warna biru yang jadi ciri Europalia, Faisal menambahkan warna hitam dan merah pada karyanya, untuk memberi kesan hangat. Instalasinya juga akan menghias kaki lima, coffe shop, dan information center di dalam gedung.