Galeria Fatahillah di lantai dua Kantor Pos Fatahillah, Kota Tua, Jakarta
Galeria Fatahillah di lantai dua Kantor Pos Fatahillah, Kota Tua, Jakarta
Galeria Fatahillah di lantai dua Kantor Pos Fatahillah, Kota Tua, Jakarta

Dalam pembangunan Galeria Fatahillah, kantor pos memegang peran penting atas pemberian lantai dua Kantor Pos Fatahillah, Kota Tua, Jakarta. Lantai dua bangunan kantor pos, yang dulunya sempat tidak digunakan, sekarang dijadikan ruang pamer 46 karya seniman dalam Jakarta Contemporary Art Space, yang diselenggarakan hingga 13 September 2014. Hal ini dijelaskan oleh I Ketut Mardjana, mantan Dirut Kantor Pos, dalam diskusi publik Fiesta Fatahillah, 14 Maret 2014, di lantai dua Kantor Pos Fatahillah, Kota Tua, Jakarta.

Dirut Kantor Pos, I Ketut Mardjana, dalam diskusi publik Fiesta Fatahillah 14 Maret 2014
Mantan Dirut Kantor Pos, I Ketut Mardjana, dalam diskusi publik Fiesta Fatahillah 14 Maret 2014

Sebagai wujud optimalisasi BUMN, Kantor Pos memperlebar diri menjadi 6 unit bisnis, termasuk di dalamnya bisnis ritel, teknologi informasi, properti, dan heritage. Unit bisnis heritage merupakan perwujudan kerjasama dalam bidang seni, seperti yang dilakukan dalam pembangunan Galeria Fatahillah, yang bersama dengan JOTRC dan JEFORAH dilakukan dalam waktu kurang lebih dua bulan.

Kantor Pos pun mengajukan lantai dua Kantor Pos Fatahillah untuk dijadikan Art Space. Dalam diskusi yang mengangkat tema peran BUMN dalam merevitalisasi Kota Tua dengan studi kasus pendirian Galeria Fatahillah yang mengalihfungsikan Kantor Pos menjadi pusat informasi dan pengetahuan, menurut I Ketut Mardjana, “Yang paling pas untuk Kantor Pos Fatahillah adalah menjadi art and gallery.” Karenanya, perombakan lantai dua Kantor Pos Fatahillah diharapkan menjadi acuan dan dapat diikuti oleh BUMN lainnya.

IMG_6996
Teguh Ostenrik (kiri) dan Heri Pemad (kanan) sebagai pembicara dalam diskusi publik Fiesta Fatahillah 14 Maret 2014

Sebelum ini, Kantor Pos terlihat kehilangan eksistensinya, seperti yang juga diutarakan oleh Heri Pemad, seniman yang dengan manajemen seninya pun ikut menghimpun 46 seniman dalam Jakarta Contemporary Art Space. Menurutnya, dalam revitalisasi Kota Tua Jakarta, selain membutuhkan bantuan BUMN, seniman juga ditantang untuk membuat karya yang menyesuaikan dengan bangunan-bangunan lama di Kota Tua.

“Revitalisasi merupakan sebuah harapan seniman, betapa kita tidak berhenti mencari inspirasi dalam menghidupkan Kota Tua,” ujar seniman muda pendiri Heri Pemad Art Management ini.

Selain I Ketut Mardjana dan Heri Pemad, diskusi ini dihadiri juga oleh CEO JOTRC dan JEFORAH Lin Che Wei, pihak Dinas Tata Ruang DKI Jakarta Wikandaru, tokoh seni rupa Oei Hong Djien, seniman Teguh Ostenrik, serta arsitek Yori Antar dan Andra Matin.